Pernahkah anda mendengar ucapan-ucapan C*k, T*I, nama hewan, dan kata kasar lainnya yang sekilas tidak pantas dalam kehidupan anda? Untuk saya sendiri hal itu sudah tidak mengherankan lagi di kalangan saya yang bahkan sudah akan beranjak dewasa. Malahan di zaman yang bisa dikatakan modern ini perkembangan kata kasar semakin bertambah. Karena maraknya penggunaan kata tersebut saya ingin mengungkapkan opini saya mengenai penggunaan kata kasar khususnya dari anak dan remaja terlebih dahulu.

Menurut ahli psikolog tentang kebiasaan berbicara kotor

sangat erat hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Jika seorang anak hidup di lingkungan yang terbiasa bicara kotor, maka anak itu pasti berpotensi memiliki kebiasaan buruk itu. Sebaliknya, anak-anak yang berada pada lingkungan pendidikan yang bagus lebih memahami bahwa hal tersebut tidaklah baik.

Ada banyak sekali faktor dan hal yang menyebabkan anak-anak berbicara kasar. Pertama,yaitu mereka mengatakan itu untuk meluapkan emosi atau kebanggaan. Anak berpikir bahwa kata kotor adalah kata yang wajar digunakan oleh orang-orang dewasa. Karena ingin merasa dewasa, anak pun menggunakan kata kasar. Selanjutnya , anak yang sudah mulai menginjak usia remaja berkeiinginan untuk mendapat penerimaan dari kelompok teman-teman sebayanya.

Beberapa anak mengira bahwa dengan bicara kasar, ia akan dipandang gaul, berani, atau macho oleh teman-temannya. Anak mempunyai suatu perasaan bermusuhan ketika dibentak. Selama ini ia mungkin merasa terlalu ditekan, dibatasi, atau mungkin juga merasa diperlakukan dengan kasar, akibatnya ia jadi berkeinginan untuk memberontak dan agresif melawan orang tersebut.

Lalu bagaimanakah pengaruhnya

penggunaan kata-kata kasar terhadap perilaku anak tersebut? Berdasarkan faktor-faktor diatas bisa dibilang perilaku anak yang terbiasa berbicara kasar cenderung tidak sabaran, emosian, dan juga keras kepala.

Saya juga pernah bertanya kepada beberapa teman saya yang sekarang , “Kamusering ngomong kasa dari kapan?”, “Udah kebiasaan dari SD,teman yang lainnya juga ngomong gitu”. Berdasarkan jawaban tadi hal yang mendasarinya yaitu ‘terbiasa’. Akhirnya hal tersebut yang membuat remaja di jaman modern kini sering berkata kasar yang bisa saja memperlihatkan tingkat keintelegensiaanya.

Apakah pantas seorang anak terus berkata kasar dan kotor? Saya rasa tentu saja tidak. Karena bagaimanapun juga kata kasar dan kotor mengandung hal-hal negative, dimana hal negative tersebut menunjukan intelegensi seseorang yang lemah. Apakah intelegensi itu? David Wechster (1986) mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Kelemahnya yaitu dari artian perkataan kasar sendiri mengandung cacian, makian, kebencian, ketidaksabaran, kekesalan, menyakiti orang lain, dan tindakan lain yang menunjukkan ketidakmampuannya dalam menghadapi lingkungannya dengan baik.

Sebagai seseorang yang berpendidikan sudah sepatutnya kita tidak berucap yang kasar dan menyakiti orang lain. Kita seharusnya memposisikan diri kita dengan pikiran yang matang sebelum bertutur kata. Marilah kita menasihati anak-anak,teman-teman kita agar membiasakan dalam berlisan yang baik walaupun dalam pergaulan sehari-harinya. Dengan bertutur yang baik, dapat membangkitkan dan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki orang-orang yang ramah dan berintelegensi tinggi. (kompasiana)