Kekuasaan Belanda di Indonesia

a. Masa pelaksanaan sistem tanam paksa

Kekuasaan Belanda di Indonesia, Pengganti Raffles adalah Gubernur Jenderal Baron Van Der Capellen dari Belanda. Di masa kekuasaanya diterapkan kebijakan politik liberal namun mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh :

  1. Kebijakan politik liberal tidak sesuai dengan sistem feodal di Indonesia
  2. Struktur birokrasi feodal yang panjang menyebabkan pemerintah tidak dapat berhubungan langsung dengan rakyat
  3. Kas negeri Belanda mengalami defisit karena beban utang yang banyak dalam perang 80 tahun dengan Spanyol dan lepasnya daerah penopang ekonomi Belanda yaitu Belgia .

Kekuasaan Belanda di Indonesia, Tahun 1830 Indonesia di bawah kekuasaan Gubernur Jenderal Van den Bosch dengan tugas utama mencari dana untuk menutup hutang-hutang Belanda .

Penyebab defisit keuangan Belanda adalah terjadinya perang koalisi Inggris melawan Perancis dimana Belanda memihak Inggris,perang kemerdekan untuk melepaskan dari Spanyol, terjadinya perang paderi, dan perang Diponegoro di Indonesia.

Maka untuk menutup hutang dilaksanakanlah Cultuur Stelsel atau politik tanam paksa dengan aturan sebagai berikut :

  1. Penduduk menyediakan sebagian tanah mereka untuk ditanami tanaman perdagangan
  2. Tanaman perdagangan tidak boleh melebihi dari 1/5 tanah penduduk
  3. Waktu untuk menanam perdagangan tidak boleh melebihi waktu tanam padi
  4. Tanah untuk tanaman perdagangan dibebaskan dari pajak
  5. Hasil tanaman perdagangan diserahkan pemerintah bila melebihi ketentuan dikembalikan
  6. Kegagalan panen yang bukan disebabkan petani ditanggung pemerintah
  7. Yang tidak punya tanah wajib bekerja di tanah pemerintah selama 66 hari
  8. Penanaman tanaman perdagangan diawasi oleh penguasa lokal

Penderitaan Saat Sistem Tanam Paksa

Telah menyebabkan penderitaan bagi bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya Cultuur Procenten yaitu imbalan atau hadiah bagi yang dapat menyerahkan hasil melebihi dari ketentuan yang di tetapkan.

Baca juga 3. Kekuasaan Inggris di Indonesia

Cultuur procenten telah mendorong para pengawas lokal saling berlomba untuk meningkatkan hasil tanaman perdagangan.Akibatnya terjadi banyak penyimpangan dari ketentuan pokok aturan tanam paksa seperti :

  1. Tanah untuk tanaman perdagangan melebihi dari 1/5 tanah penduduk
  2. Waktu untuk menanam perdagangan melebihi waktu tanam padi
  3. Tanah untuk tanaman perdagangan dikenakan pajak
  4. Hasil tanam perdagangan diserahkan pemerintah bila lebih dari ketentuan tidak dikembalikan
  5. Kegagalan panen yang bukan menjadi tanggungan petani

Akibat tanam paksa adalah: Belanda menjadi makmur, Belanda dapat melunasi hutang-hutangnya bahkan dapat membangun kota Amsterdam.

Sedangkan dampak positifnya adalah Indonesia mengenal berbagai macam tanaman perdagangan selain penderitaan,kesengsaraan dan kelaparan yang dialami oleh bangsa Indonesia .

Reaksi terhadap pelaksanaan tanam paksa: kemenangan kaum liberal dalam parlemen menyebabkan STP (sistem tanam paksa) dihapus diganti sistem ekonomi liberal

Kekejaman STP diketahui dari : Edward Douwes Dekker lewat bukunya Max Havelaar dengan nama samaran Multatuli, Frans van der Putte lewat buku berjudul Zuicker Contracten (Kontrak-kontrak gula) yang berisi penyelewengan aturan tanam paksa dan Baron van Hoevel yang memprotes sistem tanam paksa melalui parlemen di negeri Belanda.

b. Pelaksanaan sistem politik ekonomi Terbuka / politik liberal

Akhirnya pemerintah Belanda mulai menghapuskan tanam lada (1860), tanam nila dan teh (1865) Hapusnya tanam paksa di tandai dengan keluarnya Suiker Wet atau undang-undang gula dan UU Agraria 1870 yang isinya tanah adalah milik rakyat dan melarang perpindahan hak milik rakyat pada Asing kecuali menyewa dan masuknya usaha swasta serta modal asing di Indonesia. (Matroji:11-12)

Untuk memperlancar usaha swasta ini dibangun jalan raya, jembatan, jalan kereta api (1873), saluran irigasi dan benteng pertahanan dengan cara kerja paksa. Pengaruh positif politik liberal di Indonesia : Berkembangnya paham liberal yang menentang kekuasaan raja yang sewenang-wenang, munculnya pengusaha swasta, hapusnya politik tanam paksa (1870),

Masuknya modal asing ke Indonesia, pembangunan sarana-prasarana seperti jalan raya saluran irigasi, jalan kereta api, jembatan , tanah perkebunan semakin luas, penduduk kota semakin padat, munculnya kaum buruh, rakyat pedesaan semakin mengenal pentingnya uang sebagai alat tukar.

Akibat negatif pelaksanaan politik liberal adalah :

Gaji yang diterima buruh kecil, para pekerja terikat kontrak sehingga tidak bisa melepaskan diri dari pekerjaannya, adanya peraturan Poenale Sanctie yaitu pemberian sanksi/hukuman bagi para buruh yang melarikan diri bila tertangkap mereka diberi hukuman berat mulai dari hukuman badan maupun penjara.

Poenale Sanctie akhirnya dihapuskan setelah munculnya pamlet yang berjudul De Milioener van Deli (Jutawan-Jutawan dari Deli ) yang ditulis Van den Brand yang menimbulkan kemarahan dari masyarakat Belanda, dan terdesaknya usaha kerajinan rakyat oleh barang impor.

Sistem ekonomi liberal dan tanam paksa tetap tidak jauh beda persamaannya kedua-duanya tetap menimbulkan penderitaan bagi bangsa Indonesia, sedangkan perbedaanya sistem tanam paksa dilakukan oleh pemerintah sedangkan sistem ekonomi liberal dilakukan swasta.

c. Masa politik etis

Pelaksanaan sistem ekonomi terbuka menimbulkan protes dan kritik keras untuk menghapus sistem usaha swasta dan lahirlah politik Etis atau politik Balas Budi. Ini berkat perjuangan A.Keyper, Van Den Berg dan Van De Venter lewat bukunya berjudul “Een Eresschuld” atau Hutang Kehormatan.

Ia mengusulkan untuk memperbaiki nasib rakyat Indonesia perlu dilaksanakan : irigasi, educatie (pendidikan) dan migrasi.

Dalam praktek pelaksanaan politik Etis masih jauh dari harapan. Irigasi misalnya yang semula bertujuan mengairi sawah-sawah penduduk diselewengkan untuk mengairi tanah-tanah perkebunan milik Belanda,

Migrasi menjadi sarana pemerintah untuk mendapatkan tenaga kerja yang murah dari Jawa untuk ditempatkan di tanah-tanah perkebunan milik Belanda di luar Jawa.

Edukasi atau pendidikan terjadi diskriminasi antara Gbr. Van De Venter anak orang Eropa dengan pribumi dan hanya mereka yang mampu yang bisa sekolah seperti anak pejabat atau bangsawan.

Yang bisa dipetik dari pendidikan ini adalah munculnya kaum terpelajar yang melahirkan organisasi pergerakan nasional yang akan memperjuangkan kemerdekaan lewat organisasi-organisasi modern.

Baca juga A. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat Ke Indonesia

 

Sumber Info Pembelajaran :

  • Internet
  • Wikipedia (id.wikipedia.org)
  • brainly.co.id
  • bse.kemdikbud.go.id
  • bukusekolahdigital.com

Sumber youtube Unacademy – Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.